Masalah bencana tidak terlepas dari interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Alam mempunyai kegiatan-kegiatan yang terjadi sebagai akibat interaksi antara unsur-unsur yang ada dalam bumi dengan atmosfirnya dan interaksi dengan planet bumi dengan tata suryanya. Kegiatan-kegiatan alam terjadi secara evolusi. Suatu saat oleh karena alam mengikuti aturan-aturannya, akan timbul secara mendadak dan tak terduga menyebabkan gangguan pada lingkungan, dan gangguan lingkungan ini disebut bencana alam.
Terjadinya bencana alam merupakan akibat langsung gangguan lingkungan, terjadi karena unsur-unsur lingkungan termasuk manusia, yang pada akhirnya nanti akan memberikan akibat positip dan negatip terhadap manusia. Dan salah satu akibat negatipnya adalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan masyarakat akibat terjadinya bencana yang menimpa manusia dan lingkungannya.
Definisi
Bakir Abisudjak & Helman Hamdani (1990)
Bencana alam adalah gangguan ekologis yang melampaui kapasitas penyesuaian sekelompok makhluk hidup dengan lingkungannya.
Bakir Abisudjak & Helman Hamdani (1990)
Bencana alam adalah gangguan ekologis yang melampaui kapasitas penyesuaian sekelompok makhluk hidup dengan lingkungannya.
Arjono Djuned Pusponegoro (1990)
Bencana adalah situasi yang gawat di mana kehidupan sehari-hari mendadak terganggu dan banyak orang yang terjerumus dalam keadaan yang tidak berdaya dan menderita sebagai akibat dari padanya membutuhkan pengobatan, perawatan, perlindungan, makanan, pakaian dan lain kebutuhan.
Bencana adalah situasi yang gawat di mana kehidupan sehari-hari mendadak terganggu dan banyak orang yang terjerumus dalam keadaan yang tidak berdaya dan menderita sebagai akibat dari padanya membutuhkan pengobatan, perawatan, perlindungan, makanan, pakaian dan lain kebutuhan.
Penggolongan Bencana
1. Bencana alam
a. Bencana meterologik
• angin topan (Cyclon, Thypoon, tornado)
• badai salju
• kemarau panjang
• angin topan (Cyclon, Thypoon, tornado)
• badai salju
• kemarau panjang
b. Bencana topologik
• tanah longsor
• banjir
• gelombang Tsunami
• tanah longsor
• banjir
• gelombang Tsunami
c. Bencana vulkanologik
• gempa bumi
• letusan gunung berapi
• gempa bumi
• letusan gunung berapi
d. Bencana biologik
• wabah penyakit
• serangan hama (wereng, belalang, tikus)
• wabah penyakit
• serangan hama (wereng, belalang, tikus)
2. Bencana karena perbuatan manusia
a. kecelakaan.
• industri (mesin, bahan kimia, polusi)
• kecelakaan lalu lintas (darat, laut, udara)
• kebakaran
• pembuangan Iimbah beracun
• nuklir (radiasi, kontaminasi)
• ledakan (tambang, gas, amunisi)
• industri (mesin, bahan kimia, polusi)
• kecelakaan lalu lintas (darat, laut, udara)
• kebakaran
• pembuangan Iimbah beracun
• nuklir (radiasi, kontaminasi)
• ledakan (tambang, gas, amunisi)
b. Yang direncanakan
• peperangan
• gangguan kerusuhan
• teroris.
Sifat Bencana
1. Mendadak (akut), seperti gempa bumi, gelombang tsunami, tanah longsor yang sifatnya antara lain; datang tidak diduga, tidak dapat diramalkan, banyak memakan korban, menimbulkan penderitaan banyak orang, ketidakberdayaan, angka kematian dan kesakitan tinggi, kehidupan sehari-hari mendadak terganggu.
• peperangan
• gangguan kerusuhan
• teroris.
Sifat Bencana
1. Mendadak (akut), seperti gempa bumi, gelombang tsunami, tanah longsor yang sifatnya antara lain; datang tidak diduga, tidak dapat diramalkan, banyak memakan korban, menimbulkan penderitaan banyak orang, ketidakberdayaan, angka kematian dan kesakitan tinggi, kehidupan sehari-hari mendadak terganggu.
2. Yang dapat diramalkan, seperti kemarau panjang, wabah penyakit, gunung meletus yang sifatnya dapat diramalkan, mungkin dapat dikendalikan, tanda-tanda awal, luas dan intensitas peristiwa serta kecepatan terjadinya bencana dapat diperkirakan.
Tahap-Tahap Bencana yang Dapat Diramalkan
1. Persiapan sebelum bencana
Pembentukan tim penanggulangan bencana alam tingkat nasional yang telah disiapkan, dan terorganisir dengan baik. Mulai dari tingkat pusat, profinsi, sampai dengan tingkat operasional di lapangan.
Pembentukan tim penanggulangan bencana alam tingkat nasional yang telah disiapkan, dan terorganisir dengan baik. Mulai dari tingkat pusat, profinsi, sampai dengan tingkat operasional di lapangan.
2. Pemberitahuan akan terjadinya bencana
Bencana alam yang dapat diramalkan misalnya gunung meletus, kemarau panjang, secara teoritis sudah dapat diramalkan sebelumnya, oleh karena itu pengungsian pendudukan di daerah bencana sudah dapat dimobilisasi dengan memberitahukan kepada masyarakat secepat mungkin. Sehingga daerah yang akan terjadi bencana telah dapat dilokalisasi menjadi daerah bahaya, daerah siaga dan daerah aman untuk penduduk, sehingga korban manusia dan harta benda dapat dikurangi.
Bencana alam yang dapat diramalkan misalnya gunung meletus, kemarau panjang, secara teoritis sudah dapat diramalkan sebelumnya, oleh karena itu pengungsian pendudukan di daerah bencana sudah dapat dimobilisasi dengan memberitahukan kepada masyarakat secepat mungkin. Sehingga daerah yang akan terjadi bencana telah dapat dilokalisasi menjadi daerah bahaya, daerah siaga dan daerah aman untuk penduduk, sehingga korban manusia dan harta benda dapat dikurangi.
3. Peristiwa bencana
Merupakan peristiwa kejadian bencana itu sendiri. Terhadap bencana-bencana yang dapat diramalkan, upaya-upaya preventif telah dapat dilakukan sehingga korban jiwa dan harta benda dapat diminimalkan. Dalam peristiwa bencana tim penanggulangan bencana alam telah melakukan persiapan untuk memberikan bantuan yang diperlukan.
Merupakan peristiwa kejadian bencana itu sendiri. Terhadap bencana-bencana yang dapat diramalkan, upaya-upaya preventif telah dapat dilakukan sehingga korban jiwa dan harta benda dapat diminimalkan. Dalam peristiwa bencana tim penanggulangan bencana alam telah melakukan persiapan untuk memberikan bantuan yang diperlukan.
4. Keadaan darurat
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam keadaan darurat adalah penyelamatan, pertolongan gawat darurat, rujukan bagi korban ke fasilitas yang lengkap, isolasi korban, pengungsian dan penampungan, bantuan pangan, sandang, dsb.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam keadaan darurat adalah penyelamatan, pertolongan gawat darurat, rujukan bagi korban ke fasilitas yang lengkap, isolasi korban, pengungsian dan penampungan, bantuan pangan, sandang, dsb.
Faktor-Faktor Bahaya yang Dipertimbangkan dalam Bencana
1. Jenis Bencana
Bahaya dari suatu bencana sangat tergantung pada jenis bencana yang menimpa, bencana yang datangnya tiba-tiba akan sangat banyak memakan korban manusia dan harta benda, misalnya gempa bumi yang disertai gelombang tsunami. Tetapi jenis bencana meteriologi yang dapat diperkirakan sebelumnya dapat dilakukan upaya-upaya preventif, persiapan dan evakuasi yang lebih terencana sehingga mengurangi sekecil mungkin korban manusia dan harta benda.
1. Jenis Bencana
Bahaya dari suatu bencana sangat tergantung pada jenis bencana yang menimpa, bencana yang datangnya tiba-tiba akan sangat banyak memakan korban manusia dan harta benda, misalnya gempa bumi yang disertai gelombang tsunami. Tetapi jenis bencana meteriologi yang dapat diperkirakan sebelumnya dapat dilakukan upaya-upaya preventif, persiapan dan evakuasi yang lebih terencana sehingga mengurangi sekecil mungkin korban manusia dan harta benda.
2. Daerah Tempat Terjadinya Bencana
Daerah terjadinya bencana akan sangat mempengaruhi upaya-upaya pertolongan yang diberikan, misalnya daerah terpencil yang akan sangat berpengaruh dalam transportasi, bantuan yang diberikan, evakuasi korban, penyediaan tempat pengungsian dan mobilisasi penduduk secara menyeluruh.
Daerah terjadinya bencana akan sangat mempengaruhi upaya-upaya pertolongan yang diberikan, misalnya daerah terpencil yang akan sangat berpengaruh dalam transportasi, bantuan yang diberikan, evakuasi korban, penyediaan tempat pengungsian dan mobilisasi penduduk secara menyeluruh.
3. Besarnya atau Intensitas Terjadinya Bencana
Besar atau intensitas terjadinya bencana akan sangat erat kaitannya dengan jumlah korban dan kerugian yang dialami oleh masyarakat yang terkena bencana. Semakin besar dan seringnya bencana yang terjadi akan semakin banyak menelan korban.
Besar atau intensitas terjadinya bencana akan sangat erat kaitannya dengan jumlah korban dan kerugian yang dialami oleh masyarakat yang terkena bencana. Semakin besar dan seringnya bencana yang terjadi akan semakin banyak menelan korban.
4. Lingkungan Daerah Bencana
Lingkungan daerah bencana yang sulit dan terpencil akan sangat berpengaruh terhadap bala bantuan korban, pengungsian dan evakuasi korban.
Lingkungan daerah bencana yang sulit dan terpencil akan sangat berpengaruh terhadap bala bantuan korban, pengungsian dan evakuasi korban.
5. Kesiapan Petugas dalam Menghadapi Bencana
Secara nasional sebaiknya dibentuk Tim Penanggulangan Bencana Alam yang melibatkan berbagai instansi terkait secara lintas sektoral, seperti Tim Sar, Kesehatan Dan Keperawatan, Kepolisian, Kebakaran dan sebagainya. Tim ini dapat digerakkan sewaktu-waktu bila terjadinya bencana secara tiba-tiba atau dapat mengadakan upaya persiapan didaerah yang akan terjadi bencana yang telah dapat diramalkan tersebih dahulu, misal gejala-gejala gunung yang akan meletus, baljir lahar panas dan sebagainya.
Secara nasional sebaiknya dibentuk Tim Penanggulangan Bencana Alam yang melibatkan berbagai instansi terkait secara lintas sektoral, seperti Tim Sar, Kesehatan Dan Keperawatan, Kepolisian, Kebakaran dan sebagainya. Tim ini dapat digerakkan sewaktu-waktu bila terjadinya bencana secara tiba-tiba atau dapat mengadakan upaya persiapan didaerah yang akan terjadi bencana yang telah dapat diramalkan tersebih dahulu, misal gejala-gejala gunung yang akan meletus, baljir lahar panas dan sebagainya.
Masalah-Masalah Kesehatan Masyarakat Akibat Bencana Alam
1. Peningkatan Morbiditas
Tingginya angka kesakitan dalam keadaan terjadinya bencana dibagi dalam 2 katagori, yaitu:
a. Kesakitan primer, adalah kesakitan yang terjadi sebagai akibat langsung dari kejadian bencana tersebut, kesakitan ini dapat disebabkan karena trauma fisik, termis, kimiawi, psikis dan sebagainya.
b. Kesakitan sekunder, kesakitan sekunder terjadi sebagai akibat sampingan usaha penyelamatan terhadap korban bencana, yang dapat disebabkan karena sanitasi lingkungan yang buruk, kekurangan makanan dan sebagainya.
1. Peningkatan Morbiditas
Tingginya angka kesakitan dalam keadaan terjadinya bencana dibagi dalam 2 katagori, yaitu:
a. Kesakitan primer, adalah kesakitan yang terjadi sebagai akibat langsung dari kejadian bencana tersebut, kesakitan ini dapat disebabkan karena trauma fisik, termis, kimiawi, psikis dan sebagainya.
b. Kesakitan sekunder, kesakitan sekunder terjadi sebagai akibat sampingan usaha penyelamatan terhadap korban bencana, yang dapat disebabkan karena sanitasi lingkungan yang buruk, kekurangan makanan dan sebagainya.
2. Tingginya Angka Kematian
Kematian akibat terjadinya bencana alam dibagi dalam dua katagori, yaitu:
a. Kematian primer, adalah kematian langsung akibat terjadi bencana, misalnya tertimbun tanah tongsor, terbawa arus gelombang pasang, tertimpa benda keras dan sebagainya.
b. Kematian Sekunder, adalah kematian yang tidak langsung disebabkan oleh bencana, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor penyelamatan terhadap penderita cedera berat, seperti. kurangnya persediaan darah, obat-obatan, tenaga medis dan para medis yang dapat bertindak cepat untuk mengurangi kematian tersebut.
Kematian akibat terjadinya bencana alam dibagi dalam dua katagori, yaitu:
a. Kematian primer, adalah kematian langsung akibat terjadi bencana, misalnya tertimbun tanah tongsor, terbawa arus gelombang pasang, tertimpa benda keras dan sebagainya.
b. Kematian Sekunder, adalah kematian yang tidak langsung disebabkan oleh bencana, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor penyelamatan terhadap penderita cedera berat, seperti. kurangnya persediaan darah, obat-obatan, tenaga medis dan para medis yang dapat bertindak cepat untuk mengurangi kematian tersebut.
3. Masalah Kesehatan Lingkungan
Mencakup masalah-masalah yang berkaitan erat dengan sanitasi lingkungan, tempat penampungan yang tidak memenuhi syarat, seperti penyediaan air bersih, tempat pembuangan tinja dan air bekas, tempat pembuangan sampah, tenda penampungan dan kelengkapannya, kepadatan dari tempat penampungan, dsb.
Mencakup masalah-masalah yang berkaitan erat dengan sanitasi lingkungan, tempat penampungan yang tidak memenuhi syarat, seperti penyediaan air bersih, tempat pembuangan tinja dan air bekas, tempat pembuangan sampah, tenda penampungan dan kelengkapannya, kepadatan dari tempat penampungan, dsb.
4. Suplai Bahan Makanan dan Obat-Obatan
Apabila kekurangan suplai bahan makanan dan obat-obatan untuk membantu korban bencana, maka kemungkinannya akan menimbulkan berbagai masalah, diantaranya:
a. Kekurangan gizi dari berbagai lapisan umur
b. Penyakit infeksi dan wabah, diantaranya infeksi pencernaan (GED), infeksi pernapasan akut seperti influensa, penyakit kulit.
Apabila kekurangan suplai bahan makanan dan obat-obatan untuk membantu korban bencana, maka kemungkinannya akan menimbulkan berbagai masalah, diantaranya:
a. Kekurangan gizi dari berbagai lapisan umur
b. Penyakit infeksi dan wabah, diantaranya infeksi pencernaan (GED), infeksi pernapasan akut seperti influensa, penyakit kulit.
5. Keterbatasan Tenaga Medik dan Paramedis serta Transportasi ke Pusat Rujukan
Prinsip-Prinsip Penanggulangan Bencana
1. Belajar dari penanggulangan bencana-bencana sebelumnya
2. Jangan menolong korban secara acak-acakan
3. Pergunakan sistem triage.
4. Buat perencanan yang baik untuk penanggulangan bencana
5. Buat katagori bencana
a. katagori I jumlah korban di bawah 50 orang
b. katagori II jumlah korban antara 51-100 orang
c. katagori III jumlah korban antara 101-300 orang
d. katagori IV jumlah korban di atas 300 orang
6. Tentukan katagori rumah sakit yang mampu menampung korban
7. Harus ada sistem komunikasi sentral untuk satu kota atau daerah dengan nomor telpon khusus seperti 118
8. Sistem ambulance dengan petugas dinas 24 jam dan mampu melakukan resusitasi dan life support seperti ambulan 118 yang dapat dimanfaatkan untuk menolong penderita gawat dan korban kecelakaan
9. Dari segi medis melaksanakan tindakan-tindakan yang mudah cepat dan menyelamatkan jiwa
10. Lebih mencurahkan perhatian pada penderita yang mempunyai harapan yang lebih baik, seperti perdarahan luar, traumatik, amputasi, gangguan jaIan napas dan lain-lain
11. Kerjasama yang baik di bawah seorang pimpinan yang disebut dengan petugas triage
12. Menggunakan buku pedoman bagi petugas polisi, dinas kebakaran dan medis/para medis, satuan SAR dalam penanggulangan bencana.
1. Belajar dari penanggulangan bencana-bencana sebelumnya
2. Jangan menolong korban secara acak-acakan
3. Pergunakan sistem triage.
4. Buat perencanan yang baik untuk penanggulangan bencana
5. Buat katagori bencana
a. katagori I jumlah korban di bawah 50 orang
b. katagori II jumlah korban antara 51-100 orang
c. katagori III jumlah korban antara 101-300 orang
d. katagori IV jumlah korban di atas 300 orang
6. Tentukan katagori rumah sakit yang mampu menampung korban
7. Harus ada sistem komunikasi sentral untuk satu kota atau daerah dengan nomor telpon khusus seperti 118
8. Sistem ambulance dengan petugas dinas 24 jam dan mampu melakukan resusitasi dan life support seperti ambulan 118 yang dapat dimanfaatkan untuk menolong penderita gawat dan korban kecelakaan
9. Dari segi medis melaksanakan tindakan-tindakan yang mudah cepat dan menyelamatkan jiwa
10. Lebih mencurahkan perhatian pada penderita yang mempunyai harapan yang lebih baik, seperti perdarahan luar, traumatik, amputasi, gangguan jaIan napas dan lain-lain
11. Kerjasama yang baik di bawah seorang pimpinan yang disebut dengan petugas triage
12. Menggunakan buku pedoman bagi petugas polisi, dinas kebakaran dan medis/para medis, satuan SAR dalam penanggulangan bencana.
Sistem Triage
Adalah suatu seleksi penderita yang menjamin supaya tak ada penderita yang tidak mendapat perawatan medis. Orang yang melakukan seleksi adalah seorang ahli bedah yang berpengalaman sehingga dapat melakukan diagnosa secara on the spot dengan cepat dan menentukan penanggulangannya.
Langkah-Langkah dalam Penanggulangan Bencana
1. Pengkajian awal terhadap korban bencana, yang mencakup:
a. Keadaan jalan napas, apakah terdapat sumbatan napas? Sifat pernapasan cepat, lambat, tidak teratur.
b. Sistem kardiovaskular, meliputi tekanan darah; tinggi atau rendah; nadi cepat, lambat atau lemah
c. Sistem musladoskeletal, seperti luka, trauma, fraktur
d. Tingkat kesadaran, komposmentis-koma
Adalah suatu seleksi penderita yang menjamin supaya tak ada penderita yang tidak mendapat perawatan medis. Orang yang melakukan seleksi adalah seorang ahli bedah yang berpengalaman sehingga dapat melakukan diagnosa secara on the spot dengan cepat dan menentukan penanggulangannya.
Langkah-Langkah dalam Penanggulangan Bencana
1. Pengkajian awal terhadap korban bencana, yang mencakup:
a. Keadaan jalan napas, apakah terdapat sumbatan napas? Sifat pernapasan cepat, lambat, tidak teratur.
b. Sistem kardiovaskular, meliputi tekanan darah; tinggi atau rendah; nadi cepat, lambat atau lemah
c. Sistem musladoskeletal, seperti luka, trauma, fraktur
d. Tingkat kesadaran, komposmentis-koma
2. Pertolongan darurat
Evaluasi melalui sistem triage sesuai dengan urutan prioritas.
a. Atasi masalahjalan napas, atur posisi (semi Fowler, Fowler tinggi), bebaskan jalan napas dari sumbatan, berikan oksigen sesuai kebutuhan, awasi pernapasan.
b. Atasi perdarahan, bersikan luka dari kotoran dan benda asing, desinfeksi luka, biarkan darah yang membeku, balut luka.
c. Fraktur atau trauma, imobilisasikan dengan memasang spalak, balut.
d. Kesadaran terganggu, bebaskan jalan napas, awasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital.
Evaluasi melalui sistem triage sesuai dengan urutan prioritas.
a. Atasi masalahjalan napas, atur posisi (semi Fowler, Fowler tinggi), bebaskan jalan napas dari sumbatan, berikan oksigen sesuai kebutuhan, awasi pernapasan.
b. Atasi perdarahan, bersikan luka dari kotoran dan benda asing, desinfeksi luka, biarkan darah yang membeku, balut luka.
c. Fraktur atau trauma, imobilisasikan dengan memasang spalak, balut.
d. Kesadaran terganggu, bebaskan jalan napas, awasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital.
3. Rujukan segera ke puskesmas/rumah sakit
Dengan menyiapkan ambulan dan melakukan komunikasi sentral ke pusat rujukan.
Persiapan Perlengkapan
1. Perlengkapan jalan napas
a. Resusitasi (manual, otomatik, laringoskop, nasotrakeal, gudel)
b. Oksigen set lengkap
c. Suksion
Dengan menyiapkan ambulan dan melakukan komunikasi sentral ke pusat rujukan.
Persiapan Perlengkapan
1. Perlengkapan jalan napas
a. Resusitasi (manual, otomatik, laringoskop, nasotrakeal, gudel)
b. Oksigen set lengkap
c. Suksion
2. Alat-alat perlengkapan intravena
a. Infus set
b. blood set
c. cairan infus (NaCL, glukosa, ringer laktat, plasma fusin, dsb.)
d. spuit 5- 10 cc
e. standar infus
f. gunting, plester, manset, venaseksi set
a. Infus set
b. blood set
c. cairan infus (NaCL, glukosa, ringer laktat, plasma fusin, dsb.)
d. spuit 5- 10 cc
e. standar infus
f. gunting, plester, manset, venaseksi set
3. Bahan-bahan untuk keperluan trauma
a. bidai dengan segala ukuran untuk kaki, tangan, leher, tulang, punggung
b. verban dengan segala ukuran
c. kain kasa
d. gips
e. benang, catgut dan jarum berbagai ukuran
f. larutan desinfektan (alkohol, betadin, obat merah, dsb.)
a. bidai dengan segala ukuran untuk kaki, tangan, leher, tulang, punggung
b. verban dengan segala ukuran
c. kain kasa
d. gips
e. benang, catgut dan jarum berbagai ukuran
f. larutan desinfektan (alkohol, betadin, obat merah, dsb.)
4. Perlengkapan lain
a. selimut
b. pembalut
c. kain segitiga
d. tensimeter
e. usungan dsb.
a. selimut
b. pembalut
c. kain segitiga
d. tensimeter
e. usungan dsb.
5. Obat-obatan
a. analgesik
b. antikoagulan
c. antiinflamsi
d. vitamin, dll.
a. analgesik
b. antikoagulan
c. antiinflamsi
d. vitamin, dll.
Peranan Perawat Peranan
1. Melakukan asuhan keperawatan penderita gawat darurat
2. Kolaborasi dalam pertolongan gawat
3. Pengelolaan pelayanan perawatan di daerah bencana dan ruang gawat darurat.
1. Melakukan asuhan keperawatan penderita gawat darurat
2. Kolaborasi dalam pertolongan gawat
3. Pengelolaan pelayanan perawatan di daerah bencana dan ruang gawat darurat.
Kemampuan yang diharapkan
1. Melakukan resusitasi dan dukungan hidup dasar
2. Pertolongan pada syok
3. Menghentikan perdarahan
4. Perawatan luka dan patah tulang
5. Memasang bidai dan balutan
6. Rujukan
a. Ambulan
b. Komunikasi dan penyampaian informasi ke sentral.
c. Pertolongan pertama.
Daftar Kepustakaan1. Melakukan resusitasi dan dukungan hidup dasar
2. Pertolongan pada syok
3. Menghentikan perdarahan
4. Perawatan luka dan patah tulang
5. Memasang bidai dan balutan
6. Rujukan
a. Ambulan
b. Komunikasi dan penyampaian informasi ke sentral.
c. Pertolongan pertama.
- Arjono Djunet Pusponegoro (1990), Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, Perhimpunan Indonesia Critical Care Medicine, Jakarta.
- Bakir Abisujak Dan Heiman liamdani (1990), Bencana Atom Dan Kesehatan Masyarakat, Widya Medika. Jakarta. Muriel Skeet (1988), Emergency Procedures And First Aid For Nurses. Blackwell Scientific Publication.
- Departemen Kesehatan RI (1978), Usaha Kesehatan Sekoluh Funtunan Pelayanan Bagi Guru, Jakarta.
- Departemen Kesehatan RI (1979), Undang Undang Nomor. 4 Tentang Penthinaan Kesehatan Anak lista Sekolah, Jakarta.
- Departemen Kesehatan RI (1993), Usaha Kesehatan Kerya Sektorinformal, Cetakan ke III. Ditjen Bina Peran Serta Masyarakat, jakarta.
- Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Oleh Drs. Nasrul Effendy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar